Senin, 23 November 2015
Minggu, 22 November 2015
Sejarah Perkembangan PGRI
Semangat keindonesiaan telah lama tumbuh di kalangan guru-guru Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada jaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa9 PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang ebrcorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneiging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneiging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa9 PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang ebrcorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneiging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneiging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Jumat, 20 November 2015
Perubahan Dalam Sejarah
Perubahan dapat dikatakan sebagai gejala yang biasa terjadi dalam setiap masyarakat manusia. Cepat atau lambat, manusia atau masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan dalam masyarakat akan terus berlangsung seiring dengan perjalanan waktu.
1. Perubahan dalam sejarahPerubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat. Heraclitus mengatakan “Panta rei”, artinya tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan berubah. Wertheim, menuliskan, History is a continuity and change (Sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan perubahan).
Perkembangan kehidupan dalam masyarakat ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Arah perubahan dibedakan atas keadaan yang lebih baik (progres) dan keadaan yang lebih buruk (regres).
2. Berkelanjutan dalam sejarahDalam mempelajari sejarah, rangkaian peristiwa yang ada merupakan peristiwa yang berkelanjutan. Kehidupan manusia saat ini merupakan mata rantai dari kehidupan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri dan tidak terpisahkan dari peristiwa lain.
Roeslan Abdul Gani menyatakan ilmu sejarah dapat diibaratkan sebagai penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu penglihatan ke masa silam, masa sekarang, dan masa depan. Hal ini sejalan dengan Arnold J. Toynbee yang mengatakan bahwa mempelajari sejarah adalah mempelajari masa lampau, untuk membangun masa depan (to study history is to study the past to build the future).
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah. Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti perkembangan kota.
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Misalnya pada masa kolonial, kebijakan pemerintah kolonial mengadopsi kebiasaan lama, antara lain dalam menarik upeti raja taklukan, Belanda meniru raja-raja pribumi.
Sementara itu disebut pengulangan apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi pada masa berikutnya, misalnya menjelang presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya pada tahun 1960-an banyak terjadi aksi dan demonstrasi, khususnya yang dilakukan oleh para mahasiswa. Demikian halnya menjelang presiden Soeharto jatuh pada 1998, juga banyak terjadi aksi dan demonstrasi.
Sedangkan dikatakan perubahan apabila dalam masyarakat terjadi perkembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Misalnya gerakan nasionalisme di Indonesia sering dianggap sebagai kepanjangan dari gerakan romantik di Eropa.
Berhubungan dengan konsep waktu ini lah dikisahkan kehidupan manusia pada masa lalu. Masa lalu merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Namun, masa lalu bukanlah suatu masa yang terhenti dan tertutup. Masa lalu bersifat terbuka dan berkesinambungan sehingga dalam sejarah, masa lalu manusia bukan demi masa lalu itu sendiri. Segala hal yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan acuan untuk bertindak di masa kini dan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa datang.
1. Perubahan dalam sejarahPerubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat. Heraclitus mengatakan “Panta rei”, artinya tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan berubah. Wertheim, menuliskan, History is a continuity and change (Sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan perubahan).
Perkembangan kehidupan dalam masyarakat ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Arah perubahan dibedakan atas keadaan yang lebih baik (progres) dan keadaan yang lebih buruk (regres).
2. Berkelanjutan dalam sejarahDalam mempelajari sejarah, rangkaian peristiwa yang ada merupakan peristiwa yang berkelanjutan. Kehidupan manusia saat ini merupakan mata rantai dari kehidupan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri dan tidak terpisahkan dari peristiwa lain.
Roeslan Abdul Gani menyatakan ilmu sejarah dapat diibaratkan sebagai penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu penglihatan ke masa silam, masa sekarang, dan masa depan. Hal ini sejalan dengan Arnold J. Toynbee yang mengatakan bahwa mempelajari sejarah adalah mempelajari masa lampau, untuk membangun masa depan (to study history is to study the past to build the future).
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah. Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti perkembangan kota.
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Misalnya pada masa kolonial, kebijakan pemerintah kolonial mengadopsi kebiasaan lama, antara lain dalam menarik upeti raja taklukan, Belanda meniru raja-raja pribumi.
Sementara itu disebut pengulangan apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi pada masa berikutnya, misalnya menjelang presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya pada tahun 1960-an banyak terjadi aksi dan demonstrasi, khususnya yang dilakukan oleh para mahasiswa. Demikian halnya menjelang presiden Soeharto jatuh pada 1998, juga banyak terjadi aksi dan demonstrasi.
Sedangkan dikatakan perubahan apabila dalam masyarakat terjadi perkembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Misalnya gerakan nasionalisme di Indonesia sering dianggap sebagai kepanjangan dari gerakan romantik di Eropa.
Berhubungan dengan konsep waktu ini lah dikisahkan kehidupan manusia pada masa lalu. Masa lalu merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Namun, masa lalu bukanlah suatu masa yang terhenti dan tertutup. Masa lalu bersifat terbuka dan berkesinambungan sehingga dalam sejarah, masa lalu manusia bukan demi masa lalu itu sendiri. Segala hal yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan acuan untuk bertindak di masa kini dan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa datang.
Peran dan Kegunaan Sejarah_Suatu Analisis
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai bahwa orang baru menyadari peran penting pengetahuan sejarah setelah mereka mampu menduduki posisi penting dalam birokrasi pemerintahan. Juga orang yang telah mampu mencapai kesuksesan dalam perjalanan hidupnya dalam segala aspek kehidupan. Seorang birokrat akan menjadi figur yang unik dan cukup mengherankan jika ia tidak memahami sejarah perjalanan bangsanya. Ia akan mengalami kedulitan dalam mengatasi masalah sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Seorang duta besar akan mengalami kesulitan atau melakukan kesalahan diplomatik karena kurang memahami sejarah dan nilai yang berkembang di negara dimana ia bertugas.
Terkait dengan arti penting sejarah dalam kehidupan dewasa ini, dapat dikemukakan bahwa sejarah memiliki peran sebagai berikut :
1. Memberikan kesadaran waktuKesadaran waktu adalah kesadaran bahwa kehidupan dengan segala perubahan terus berjalan melewati waktu. Kesadaran ini dikenal sebagai kesadaran adanya gerak sejarah. Dengan memiliki kesadaran sejarah yang baik, seseorang atau masyarakat akan senantiasa berupaya mengukir sejarah kehidupannya dengan sebaik mungkin.
2. Memberikan teladan yang baikMempelajari sejarah kehidupan tokoh masyarakat, memberikan pelajaran yang baik bagi kita saat ini. Sikap dan perjuangan mereka dapat memberikan keteladanan yang baik, sehingga nama dan hasil perjuangannya patut dikenang hingga kini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawannya.
Terkait dengan arti penting sejarah dalam kehidupan dewasa ini, dapat dikemukakan bahwa sejarah memiliki peran sebagai berikut :
1. Memberikan kesadaran waktuKesadaran waktu adalah kesadaran bahwa kehidupan dengan segala perubahan terus berjalan melewati waktu. Kesadaran ini dikenal sebagai kesadaran adanya gerak sejarah. Dengan memiliki kesadaran sejarah yang baik, seseorang atau masyarakat akan senantiasa berupaya mengukir sejarah kehidupannya dengan sebaik mungkin.
2. Memberikan teladan yang baikMempelajari sejarah kehidupan tokoh masyarakat, memberikan pelajaran yang baik bagi kita saat ini. Sikap dan perjuangan mereka dapat memberikan keteladanan yang baik, sehingga nama dan hasil perjuangannya patut dikenang hingga kini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawannya.
Corak Budaya Neolithikum di Indonesia
Setelah berkembang budaya mesolithikum, sekitar tahun 4000 SM berlangsung penyebaran bangsa yang membawa kebudayaan neolithikum. Pangkal penyebaran kebudayaan ini dari daerah Yunan (Asia daratan), melalui 2 jalur : jurusan Barat melalui Malaya – Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi. Alat yang dikembangkan adalah kapak yang berbentuk persegi dan sudah dihaluskan. Oleh karena itu ciri kebudayaan ini disebut kebudayaan kapak persegi. Sedangkan jurusan Utara melalui Jepang – Philipina – Sulawesi dan Irian. Bentuk alat budaya berupa kapak lonjong yang sudah dihaluskan, sehingga kebudayaan ini dinamakan kebudayaan kapak lonjong. Baik penyebaran jalan Barat maupun Utara, merupakan pangkal nenek moyang bangsa Indonesia (lihat Soekmono.1986. Pengantar Sejarah Kebudayaan Jilid 1). Dengan demikian kebudayaan neolithikum merupakan kebudayaan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
Tingkat budaya masyarakat yang makin tinggi nampak dari berkembangnya masa bercocok tanam yang ditandai kemampuan mengupam dan pembuatan gerabah. Peralatan hidup yang dihasilkan berupa beliung, kapak bahu, mata panah dan mata tombak. Selain itu juga alat obsidian dan mata panah sebagai alat berburu dan alat pemukul kulit kayu. Adapun kebudayaan neolithikum meliputi :
1. Kapak persegi
Kapak persegi atau beliung persegi berbentuk memanjang dengan penampang melintang persegi. Seluruh bagian kapak persegi diupam, kecuali bagian tangkai. Cara membuat bagian yang tajam dengan mengasah bagian samping untuk memperoleh tajaman miring seperti tajaman pahat sekarang ini. Van Stein Callenfels dan von Heine Geldern mengadakan penelitian dan menamakan kapak persegi panjang. Bahan pembuatan kapaka persegi adalah batu chalsedon, agat, chert, jaspis dan sebagainya. Dilihat dari ukurannya, kapak persegi dibedakan atas beliung (ukuran besar) dan tarah (ukuran kecil). Adapun fungsi kapak persegi adalah untuk mengerjakan kayu, upacara ritual, alat kebutuhan sehari-hari. Daerah penemuan kapak persegi di Indonesia meliputi : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Solor, Maluku dan Sangir Talaud. Sedangkan di negara lain ditemukan di Malaysia, Thailand, Cina, Jepang dan Philipina. Bahan pembuatan kapak persegi adalah batu api dan batu khalsedon. Pusat pembuatan kapak persegi dapat dijumpai di Lahat, Bogor, Sukabumi, Krawang dan Tasikmalaya, Pacitan serta lereng gunung Ijen (Jawa Timur).
Sejenis dengan kapak persegi, juga ditemukan kapak bahu. Bentuk kapak bahu hampir sama, hanya pada bagian yang diikat pada tangkainya terdapat semacam “leher”. Dengan demikian menyerupai bentuk botol persegi. Di Indonesia, kapak bahu hanya ditemukan di daerah Minahasa. Sedangkan daerah lain adalah Jepang, Formosa, Philipina, semenanjung Malaya hingga India. Tempat pembuatan kapak persegi adalah Bungamas (Palembang), Karangnunggal (Tasikmalaya), Pasir Kuda (Bogor), Karangbolong (Kedu) dan Punung (Pacitan).
Tingkat budaya masyarakat yang makin tinggi nampak dari berkembangnya masa bercocok tanam yang ditandai kemampuan mengupam dan pembuatan gerabah. Peralatan hidup yang dihasilkan berupa beliung, kapak bahu, mata panah dan mata tombak. Selain itu juga alat obsidian dan mata panah sebagai alat berburu dan alat pemukul kulit kayu. Adapun kebudayaan neolithikum meliputi :
1. Kapak persegi
Kapak persegi atau beliung persegi berbentuk memanjang dengan penampang melintang persegi. Seluruh bagian kapak persegi diupam, kecuali bagian tangkai. Cara membuat bagian yang tajam dengan mengasah bagian samping untuk memperoleh tajaman miring seperti tajaman pahat sekarang ini. Van Stein Callenfels dan von Heine Geldern mengadakan penelitian dan menamakan kapak persegi panjang. Bahan pembuatan kapaka persegi adalah batu chalsedon, agat, chert, jaspis dan sebagainya. Dilihat dari ukurannya, kapak persegi dibedakan atas beliung (ukuran besar) dan tarah (ukuran kecil). Adapun fungsi kapak persegi adalah untuk mengerjakan kayu, upacara ritual, alat kebutuhan sehari-hari. Daerah penemuan kapak persegi di Indonesia meliputi : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Solor, Maluku dan Sangir Talaud. Sedangkan di negara lain ditemukan di Malaysia, Thailand, Cina, Jepang dan Philipina. Bahan pembuatan kapak persegi adalah batu api dan batu khalsedon. Pusat pembuatan kapak persegi dapat dijumpai di Lahat, Bogor, Sukabumi, Krawang dan Tasikmalaya, Pacitan serta lereng gunung Ijen (Jawa Timur).
Sejenis dengan kapak persegi, juga ditemukan kapak bahu. Bentuk kapak bahu hampir sama, hanya pada bagian yang diikat pada tangkainya terdapat semacam “leher”. Dengan demikian menyerupai bentuk botol persegi. Di Indonesia, kapak bahu hanya ditemukan di daerah Minahasa. Sedangkan daerah lain adalah Jepang, Formosa, Philipina, semenanjung Malaya hingga India. Tempat pembuatan kapak persegi adalah Bungamas (Palembang), Karangnunggal (Tasikmalaya), Pasir Kuda (Bogor), Karangbolong (Kedu) dan Punung (Pacitan).
Kamis, 19 November 2015
Bentuk Budaya Logam Masa Praaksara di Indonesia
Perkembangan budaya yang pesat di kepulauan Indonesia, sangat nampak pada jaman logam. Perkembangan demikian, dapat dilihat dari bentuk budaya sebagai berikut :
1. NekaraNekara pertama kali dikemukakan oleh GE. Romphius yang menguraikan nekara Pejeng (Bali). Sedangkan AB. Meyer menyebutkan beberapa nekara di Jawa, Selayar, Luang, Roti dan Leti. Meyer menyatakan bahwa budaya nekara berpusat di Khmer yang selanjutnya menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Nekara berbentuk seperti berumbung (dandang/ bhs. Jawa) yang berpinggang di bagian tengah dan sisi atasnya tertutup. Alat ini berfungsi untuk genderang perang, upacara/ bekal kubur, upacara memanggil hujan dan upacara adat. Nekara yang berbentuk ramping disebut moko yang digunakan untuk mas kawin/ mahar. Daerah penemuan nekara adalah Jawa, Selayar, Luang, Rote, Leti, Bali, Alor dan Irian. Di Bali terdapat nekara Pejeng yang berukuran tinggi 1,86 meter dan garis tengah 1,60 meter. Nekara ini dianggap sangat suci dan dipuja penduduk setempat.
Pada nekara terdapat hiasan gambar misal garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometri lainnya. Di samping itu juga gambar binatang (burung, gajah, merak, kuda, rusa), rumah, perahu dan pemandangan (lukisan orang berburu, tarian upacara). Nekara di Sangean terdapat gambar orang menunggang kuda dengan dua pengiringnya. Nekara dari Selayar dan kepulauan Kei dijumpai hiasan gambar gajah, merak, harimau. Nekara yang ada di Indonesia tidak semuanya buatan luar, namun ada yang dibuat di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari penemuan cetakan batu untuk membuat nekara di daerah Manuaba (Bali).
1. NekaraNekara pertama kali dikemukakan oleh GE. Romphius yang menguraikan nekara Pejeng (Bali). Sedangkan AB. Meyer menyebutkan beberapa nekara di Jawa, Selayar, Luang, Roti dan Leti. Meyer menyatakan bahwa budaya nekara berpusat di Khmer yang selanjutnya menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Nekara berbentuk seperti berumbung (dandang/ bhs. Jawa) yang berpinggang di bagian tengah dan sisi atasnya tertutup. Alat ini berfungsi untuk genderang perang, upacara/ bekal kubur, upacara memanggil hujan dan upacara adat. Nekara yang berbentuk ramping disebut moko yang digunakan untuk mas kawin/ mahar. Daerah penemuan nekara adalah Jawa, Selayar, Luang, Rote, Leti, Bali, Alor dan Irian. Di Bali terdapat nekara Pejeng yang berukuran tinggi 1,86 meter dan garis tengah 1,60 meter. Nekara ini dianggap sangat suci dan dipuja penduduk setempat.
Pada nekara terdapat hiasan gambar misal garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometri lainnya. Di samping itu juga gambar binatang (burung, gajah, merak, kuda, rusa), rumah, perahu dan pemandangan (lukisan orang berburu, tarian upacara). Nekara di Sangean terdapat gambar orang menunggang kuda dengan dua pengiringnya. Nekara dari Selayar dan kepulauan Kei dijumpai hiasan gambar gajah, merak, harimau. Nekara yang ada di Indonesia tidak semuanya buatan luar, namun ada yang dibuat di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari penemuan cetakan batu untuk membuat nekara di daerah Manuaba (Bali).
Rabu, 18 November 2015
Budaya Perundagian Masa Praaksara di Indonesia
Budaya logam yang berkembang di Indonesia memunculkan masyarakat pertukangan. Sejalan dengan meningkatnya kemampuan melebur biji besi dan pembuatan alat dari logam, menimbulkan pembagian kerja. Pembagian kerja untuk melaksanakan berbagai kegiatan hidup yang makin ketat. Kehidupan desa makin berkembang, kehidupan meningkat dan pelayaran perdagangan lebih maju.
Kehidupan pada masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia. Pada masa tersebut terjalin hubungan dengan daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan dilakukan karena bahan pembuatan alat hanya tersedia di daerah tertentu dan untuk memperolehnya dilakukan dengan sistem barter.
Adapun jenis manusia yang mendiami Indonesia pada jaman perundagian dapat diketahui dari penemuan kerangka manusia di Anyer Lor, Puger (Banyuwangi), Gilimanuk dan Melolo. Di daerah Anyer Lor menunjukkan manusia Austromelanesoid, Gilimanuk memperlihatkan manusia Austromelanesoid tetapi ciri manusia Mongoloid lebih nampak. Sedangkan di Melolo lebih menunjukkan unsur Mongoloid dengan tengkorak bundar dan muka datar. Dengan demikian di Melolo terjadi percampuran ras Austromelanesoid dan Mongoloid.
Kehidupan pada masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia. Pada masa tersebut terjalin hubungan dengan daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan dilakukan karena bahan pembuatan alat hanya tersedia di daerah tertentu dan untuk memperolehnya dilakukan dengan sistem barter.
Adapun jenis manusia yang mendiami Indonesia pada jaman perundagian dapat diketahui dari penemuan kerangka manusia di Anyer Lor, Puger (Banyuwangi), Gilimanuk dan Melolo. Di daerah Anyer Lor menunjukkan manusia Austromelanesoid, Gilimanuk memperlihatkan manusia Austromelanesoid tetapi ciri manusia Mongoloid lebih nampak. Sedangkan di Melolo lebih menunjukkan unsur Mongoloid dengan tengkorak bundar dan muka datar. Dengan demikian di Melolo terjadi percampuran ras Austromelanesoid dan Mongoloid.
Perbandingan Candi Jawa Tengah dengan Candi Jawa Timur
Seni bangunan candi di Indonesia berlangsung sejak abad VIII hingga abad XV Masehi dan terpusat di Jawa tengah dan Jawa timur. Adapun candi di Sumatra ditemukan di Sumatra selatan, Muara Takus dan Padanglawas. Candi di Sumatra umumnyaberbentuk stupa (bersifat Budhis) dengan relief Heruka yang sedang menari. Relief ini menunjukkan perkembangan agama Budha aliran Tantrayana. Percandian tersebut didirikan dalam kurun waktu abad XI – XIV Masehi.
Secara umum bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan atas dua langgam seni yaitu :
a. Candi langgam Jawa Tengah
Candi langgam Jawa Tengah memiliki ciri khas:
1. berbentuk bangunan agak tambun
2. atap nyata berundak-undak
3. puncak atap berbentuk ratna atau stupa
4. pintu candi terdapat hiasan kala makara
5. letak candi induk di tengah halaman
6. bentuk arca dipahat lebih luwes
7. relief timbul agak tinggi
8. lukisan naturalistis
9. kebanyakan menghadap ke timur dan umumnya terbuat dari batu andesit.
Contoh : candi Borobudur, candi Sewu, Kalasan, Plaosan Lor dan sebagainya.
Secara umum bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan atas dua langgam seni yaitu :
a. Candi langgam Jawa Tengah
Candi langgam Jawa Tengah memiliki ciri khas:
1. berbentuk bangunan agak tambun
2. atap nyata berundak-undak
3. puncak atap berbentuk ratna atau stupa
4. pintu candi terdapat hiasan kala makara
5. letak candi induk di tengah halaman
6. bentuk arca dipahat lebih luwes
7. relief timbul agak tinggi
8. lukisan naturalistis
9. kebanyakan menghadap ke timur dan umumnya terbuat dari batu andesit.
Contoh : candi Borobudur, candi Sewu, Kalasan, Plaosan Lor dan sebagainya.
Selasa, 17 November 2015
Sistem Penilaian Dalam Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, sistem penilaian hasil belajar oleh pendidik menarik untuk dicermati sekaligus wajib dipahami rekan guru. Penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan informasi/ bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Dengan demikian bentuk penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan dalam bentuk penilaian unjuk kerja, penilaian proyek dan penilaian tertulis.
Dalam kegiatan penilaian, lebih mengedepankan bentuk penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan kerampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan tersebut, meliputi :
1. Penilaian kompetensi sikap Sikap manusia dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Cara yang dapat digunakan diantaranya melalui : observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang diperlukan berupa skala penilaian atau check list yang disertai rubrik yang hasilnya dihitung berdasarkan modus.
Dalam kegiatan penilaian, lebih mengedepankan bentuk penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan kerampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan tersebut, meliputi :
1. Penilaian kompetensi sikap Sikap manusia dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Cara yang dapat digunakan diantaranya melalui : observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang diperlukan berupa skala penilaian atau check list yang disertai rubrik yang hasilnya dihitung berdasarkan modus.
Perkembangan Manusia Praaksara di Indonesia_Sebuah Analisis
Berdasarkan penelitian hasil temuan peninggalan sejarah yang berupa fosil (tulang manusia, hewan dan tumbuhan) maupun artefak (peralatan hidup) yang telah membatu, ternyata dapat diketahui bahwa di Jawa pernah hidup berbagai jenis manusia sejarah awal. Fosil manusia yang ditemukan berupa tengkorak, tulang paha, tulang kaki, dan rahang. Dengan merekonstruksi fosil tersebut, maka para ahli berusaha menganalisis bentuk fisik dan tingkat budaya saat itu.
Fosil manusia yang ditemukan pada jaman pleistosen terdapat di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia sebagian besar baru ditemukan di Jawa. Indonesia, dalam hal ini Jawa menduduki posisi penting dalam perkembangan paleoantropologi, dimana banyak ditemukan fosil dari segala jaman pleistosen. Oleh karena itu nampak sekali perkembangan biologis manusia tersebut.
Jaman pleistosen ditandai dengan munculnya manusia dan diikuti dengan berbagai peristiwa yang memiliki pengaruh besar bagi kehidupan pada saat itu. Peristiwa tersebut adalah meluasnya es ke sebagian permukaan bumi, perubahan iklim, timbulnya daratan baru, terjadinya letusan gunung berapi, timbul dan tenggelamnya daratan karena turun naiknya permukaan air laut. Peristiwa ini mem[engaruhi cara hidup manusia, hewan maupun tumbuhan di muka bumi. Jenis manusia pada sejarah awal di Indonesia meliputi :
Fosil manusia yang ditemukan pada jaman pleistosen terdapat di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia sebagian besar baru ditemukan di Jawa. Indonesia, dalam hal ini Jawa menduduki posisi penting dalam perkembangan paleoantropologi, dimana banyak ditemukan fosil dari segala jaman pleistosen. Oleh karena itu nampak sekali perkembangan biologis manusia tersebut.
Jaman pleistosen ditandai dengan munculnya manusia dan diikuti dengan berbagai peristiwa yang memiliki pengaruh besar bagi kehidupan pada saat itu. Peristiwa tersebut adalah meluasnya es ke sebagian permukaan bumi, perubahan iklim, timbulnya daratan baru, terjadinya letusan gunung berapi, timbul dan tenggelamnya daratan karena turun naiknya permukaan air laut. Peristiwa ini mem[engaruhi cara hidup manusia, hewan maupun tumbuhan di muka bumi. Jenis manusia pada sejarah awal di Indonesia meliputi :
Corak Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Praaksara
Pola kehidupan masyarakat pada masa sejarah awal dapat dilihat pada ciri sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini kehidupan masyarakat pada masa berburu dan masyarakat pertanian.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Manusia pada jaman pleistosen di Indonesia yaitu sejak Pithecanthropus sampai Homo memiliki kehidupan yang sangat tergantung pada “pemberian alam”. Alam yang dimaksud adalah tempat yang cukup hewan, bahan makanan dan air. Dengan demikian daerah yang disenangi adalah di tepi sungai atau danau. Mereka hidup berkelompok (20 – 50 orang) untuk menghadapi keganasan alam dan ancaman hewan buas. Kegiatan hidupnya ditujukan pada pemenuhan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dengan alat yang sederhana.
Dalam kegiatan berburu diperlukan organisasi kerja dan diperkirakan telah mengenal bahasa dalam taraf sederhana. Dalam berburu kadang melibatkan 20 – 50 orang. Perempuan tinggal di “pangkalan” guna mengumpulkan buah-buahan, daun-daunan, umbi-umbian dan binatang kecil serta memelihara anak.. Tingkat kematian perempuan cukup tinggi terutama pada saat persalinan. Demikian pula dengan kematian anak pada saat lahir. Orang tua tetap dirawat untuk penerusan pengalaman kepada anak-anak. Bila suatu kelompok terlalu besar, terjadilah proses pemecahan kelompok dan dilakukan penyebaran penduduk. Menurut perkiraan, pada kala pleistosen manusia jenis Pithecanhtropus di Jawa sekitar 500.000 orang.
Faktor yang penting dalam tingkat hidup berburu dan mengumpulkan makanan adalah alat dan api. Peralatan hidup dibuat dari bahan batu, kayu dan tulang. Api mulai digunakan untuk memanasi makanan dan menghindari binatang. Bukti penggunaan api ditemukan pada Pithecanthropus Erectus di Trinil dalam bentuk kayu yang sudah terbakar. Pada tingkat akhir masa berburu ini, ditemukan pula bukti kepercayaan manusia kepada kekuatan alam, khususnya yang berhubungan dengan berhasilnya berburu berupa lukisan pada dinding gua.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Manusia pada jaman pleistosen di Indonesia yaitu sejak Pithecanthropus sampai Homo memiliki kehidupan yang sangat tergantung pada “pemberian alam”. Alam yang dimaksud adalah tempat yang cukup hewan, bahan makanan dan air. Dengan demikian daerah yang disenangi adalah di tepi sungai atau danau. Mereka hidup berkelompok (20 – 50 orang) untuk menghadapi keganasan alam dan ancaman hewan buas. Kegiatan hidupnya ditujukan pada pemenuhan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dengan alat yang sederhana.
Dalam kegiatan berburu diperlukan organisasi kerja dan diperkirakan telah mengenal bahasa dalam taraf sederhana. Dalam berburu kadang melibatkan 20 – 50 orang. Perempuan tinggal di “pangkalan” guna mengumpulkan buah-buahan, daun-daunan, umbi-umbian dan binatang kecil serta memelihara anak.. Tingkat kematian perempuan cukup tinggi terutama pada saat persalinan. Demikian pula dengan kematian anak pada saat lahir. Orang tua tetap dirawat untuk penerusan pengalaman kepada anak-anak. Bila suatu kelompok terlalu besar, terjadilah proses pemecahan kelompok dan dilakukan penyebaran penduduk. Menurut perkiraan, pada kala pleistosen manusia jenis Pithecanhtropus di Jawa sekitar 500.000 orang.
Faktor yang penting dalam tingkat hidup berburu dan mengumpulkan makanan adalah alat dan api. Peralatan hidup dibuat dari bahan batu, kayu dan tulang. Api mulai digunakan untuk memanasi makanan dan menghindari binatang. Bukti penggunaan api ditemukan pada Pithecanthropus Erectus di Trinil dalam bentuk kayu yang sudah terbakar. Pada tingkat akhir masa berburu ini, ditemukan pula bukti kepercayaan manusia kepada kekuatan alam, khususnya yang berhubungan dengan berhasilnya berburu berupa lukisan pada dinding gua.
Kondisi Kepulauan Indonesia Pada Awal Masuknya Islam
Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam di Indonesia ditandai dengan keadaan sosial politik masyarakat yang beraneka ragam. Sumatra, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan telah berkembang agama Hindu Budha dan dibuktikan dengan berbagai kerajaan. Sedangkan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara masyarakatnya masih menganut kepercayaan asli.
1. Keadaan politik Indonesia
Struktur pemerintahan sebagian besar bercorak Hindu dan Budha serta berbentuk kerajaan yang berdiri sendiri, misal Sriwijaya, Pajajaran, Majapahit, Nagara Daha, Gowa dan sebagainya. Setiap kerajaan memiliki daerah kekuasaan yang secara tidak langsung diperintah oleh pusat, melainkan dibawah raja taklukan. Dalam waktu tertentu raja taklukan datang ke pusat kerajaan dan membawa upeti sebagai tanda takluk. Sistem pemerintahan kerajaan tersebut, ternyata mempermudah masuknya pengaruh budaya Islam ke Indonesia. Disamping kerajaan bercorak Hindu Budha, juga ada kerajaan yang tidak bercorak Hindu Budha yang tersebar di Indonesia Timur (misal kerajaan Gowa, Wajo dan Bone).
2. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia memiliki keanekaragaman baik suku bangsa, struktur ekonomi dan sosial budaya yang tersebar di berbagai daerah. Masyarakat pedalaman belum banyak melakukan kontak dengan bangsa asing, sehingga perkembangan masyarakatnya cenderung statis. Sedangkan pada masyarakat pesisir mengalami perkembangan yang dinamis akibat letak yang strategis serta ramainya aktivitas pelayaran perdagangan. Hal ini sebagai akibat dari penduduk yang sering bergaul dan berhubungan dengan bangsa dan budaya asing. Keadaan ini akan memunculkan tingkat perkembangan antar daerah yang berlainan. Berkembangnya bahasa Melayu sebagai bahasa lingua franca yang berperan penting sejak abad VII Masehi.
3. Sumber berita
a. Berita Arab
Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak jaman Sriwijaya (abad VII M) yang menguasai jalur perdagangan wilayah Indonesia bagian barat. Disebutkan nama yang identik dengan Sriwijaya yaitu Zabag, Zabay dan Sribusa.
1. Keadaan politik Indonesia
Struktur pemerintahan sebagian besar bercorak Hindu dan Budha serta berbentuk kerajaan yang berdiri sendiri, misal Sriwijaya, Pajajaran, Majapahit, Nagara Daha, Gowa dan sebagainya. Setiap kerajaan memiliki daerah kekuasaan yang secara tidak langsung diperintah oleh pusat, melainkan dibawah raja taklukan. Dalam waktu tertentu raja taklukan datang ke pusat kerajaan dan membawa upeti sebagai tanda takluk. Sistem pemerintahan kerajaan tersebut, ternyata mempermudah masuknya pengaruh budaya Islam ke Indonesia. Disamping kerajaan bercorak Hindu Budha, juga ada kerajaan yang tidak bercorak Hindu Budha yang tersebar di Indonesia Timur (misal kerajaan Gowa, Wajo dan Bone).
2. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia memiliki keanekaragaman baik suku bangsa, struktur ekonomi dan sosial budaya yang tersebar di berbagai daerah. Masyarakat pedalaman belum banyak melakukan kontak dengan bangsa asing, sehingga perkembangan masyarakatnya cenderung statis. Sedangkan pada masyarakat pesisir mengalami perkembangan yang dinamis akibat letak yang strategis serta ramainya aktivitas pelayaran perdagangan. Hal ini sebagai akibat dari penduduk yang sering bergaul dan berhubungan dengan bangsa dan budaya asing. Keadaan ini akan memunculkan tingkat perkembangan antar daerah yang berlainan. Berkembangnya bahasa Melayu sebagai bahasa lingua franca yang berperan penting sejak abad VII Masehi.
3. Sumber berita
a. Berita Arab
Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak jaman Sriwijaya (abad VII M) yang menguasai jalur perdagangan wilayah Indonesia bagian barat. Disebutkan nama yang identik dengan Sriwijaya yaitu Zabag, Zabay dan Sribusa.
Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Sebelum mengupas model pembelajaran, ada baiknya kita coba ungkap kembali konsep dasarnya. Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang guru terhadap proses pembelajaran. Pendekatan ini dibedakan atas pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach). Strategi pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran merupakan cara yang harus ditempuh pendidik untuk mewujudkan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan metode pembelajaran. Model pembelajaran adalah rangkaian strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dideskripsikan dari awal sampai akhir sesuai urutan langkah pembelajarannya.
Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat diperinci sebagai berikut :
1. Inquiry
Model ini bertujuan memperoleh informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau menyelesaikan masalah terkait dengan pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir yang kritis dan logis.
Langkah pembelajaran meliputi : penyajian fenomena; melakukan observasi; merumuskan masalah; mengajukan hipotesis; mengumpulkan data; menganalisis data; dan menyimpulkan.
2. Discovery
Model pembelajaran ini bertujuan mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif yang pada akhirnya sampai kepada kesimpulan. Model ini mendorong peserta didik untuk dapat mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri. Selanjutnya peserta didik mengorganisasi atau membentuk/ konstruktif apa yang telah diketahui dan dipahami, dalam suatu bentuk akhir yang terkait dengan penggunaan proses mental peserta didik untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Langkah pembelajaran meliputi : menciptakan stimulus/rangsangan (stimulation); menyiapkan pernyataan masalah (problem statement); mengumpulkan data (Data Collecting); mengolah data (Data Processing); Memverifikasi data (Verificatiion); dan menarik kesimpulan (Generalisation).
3. Problem Based Learning
Model ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permassalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (terutama di lingkungan tempat tinggal).
Langkah pembelajaran meliputi : mengorientasi peserta didik pada masalah; mengorganisasikan kegiatan pemlebajaran; membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; mengembangkan dan menyajikan hasil karya; selanjutnya analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
4. Project Based Learning
Model ini bertujuan untuk pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan kompleks yang dilakukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahami pembelajaran melalui invesgasinya. Guru membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subyek/ materi dalam kurikulum. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk menggali konten/ materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran meliputi : menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek; mendesain perencanaan proyek; menyusun jadwal; memonitor kegiatan dan perkembangan proyek; menguji hasil dan mengevaluasi kegiatan/ pengalaman.
Dengan mengimplementasikan diantara model pembelajaran di atas, maka proses pembelajaran akan lebih mengedepankan peran aktif peserta didik dalam mempelajari materi yang telah ditetapkan di setiap mata pelajaran. Guru berperan dalam mengkondisikan/ merangsang dan memfasilitasi kegiatan yang dilakukan peserta didik.
Jumat, 13 November 2015
Peristiwa PRRI Permesta
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Persoalan kemudian ternyata malah meluas pada tuntutan otonomi daerah. Ada ketidakadilan yang dirasakan beberapa tokoh militer dan sipil di daerah terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957, seperti :
a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Dewan-dewan ini bahkan kemudian mengambil alih kekuasaan pemerintah daerah di wilayahnya masing-masing. Beberapa tokoh sipil dari pusatpun mendukung mereka bahkan bergabung ke dalamnya, seperti Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap dan Mohammad Natsir. KSAD Abdul Haris Nasution dan PM Juanda sebenarnya berusaha mengatasi krisis ini dengan jalan musyawarah, namun gagal. Ahmad Husein lalu mengultimatum pemerintah pusat, menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Krisis pun akhirnya memuncak ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Seluruh dewan perjuangan di Sumatera dianggap mengikuti pemerintahan ini. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Apalagi PKI saat itu mulai memiliki pengaruh di pusat. Tokoh-tokoh sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang berasal dari partai Masyumi yang dikenal anti PKI.
Berita proklamasi PRRI ternyata disambut dengan antusias pula oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi Utara. Kegagalan musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka mendukung PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (kabinet Juanda). Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan.
Konflik dan Pergolakan di Indonesia 1948 - 1965
Tahun 1948 ditandai dengan pecahnya pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka, yaitu pemberontakan PKI di Madiun. Sedangkan tahun 1965 merupakan tahun dimana berlangsung peristiwa G30S/ PKI yang berusaha merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila. Mengapa penting hal ini kita kaji, tak lain agar kita dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu tak terulang kembali pada masa kini. Disinilah pentingnya kita mempelajari sejarah.
Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di Indonesia selama masa tahun 1948-1965 dibagi ke dalam tiga bentuk pergolakan :
1. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII dan peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama.
Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di Indonesia selama masa tahun 1948-1965 dibagi ke dalam tiga bentuk pergolakan :
1. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII dan peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama.
Rabu, 11 November 2015
Pemberontakan DI/ TII_Sebuah Catatan Sejarah
Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Ia dulu adalah salah seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Adalah perjanjian Renville yang membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam.
Salah satu keputusan Renville adalah harus pindahnya pasukan RI dari daerah-daerah yang diklaim dan diduduki Belanda ke daerah yang dikuasai RI. Di Jawa Barat, Divisi Siliwangi sebagai pasukan resmi RI pun dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda. Akan tetapi laskar bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII). Vakum (kosong)-nya kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan Kartosuwiryo. Meski awalnya ia memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan RI, namun akhirnya perjuangan tersebut beralih menjadi perjuangan untuk merealisasikan cita-citanya. Ia lalu menyatakan pembentukan Darul Islam (negara Islam/DI) dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus 1948.
Pemberontakan PKI Madiun 1948_sebuah catatan
Selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak jaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda akibat memberontak pada tahun 1926.
Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun ketika golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948.
Pada awal September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa PKI ke dalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September1948 (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012).
Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya tentu bersifat ideologis, dimana mereka memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI untuk meraih kekuasaan. Dibawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian kekuatan- kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh mereka. Muso juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Pernyataan Muso lebih menunjukkan keberpihakannya pada Uni Sovyet yang komunis. Padahal saat itu AS dan Uni Sovyet tengah mengalami Perang Dingin.
Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun ketika golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948.
Pada awal September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa PKI ke dalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September1948 (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012).
Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya tentu bersifat ideologis, dimana mereka memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI untuk meraih kekuasaan. Dibawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian kekuatan- kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh mereka. Muso juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Pernyataan Muso lebih menunjukkan keberpihakannya pada Uni Sovyet yang komunis. Padahal saat itu AS dan Uni Sovyet tengah mengalami Perang Dingin.
Hubungan Budaya Bacson Hoabinh - Dongson dan Sahuynh Dengan Budaya Awal Indonesia
Mempelajari budaya yang berkembang di Indonesia pada masa lampau, sangatlah menarik. Hal ini mengingat banyak keterkaitan dengan budaya yang berkembang di kawasan Asia Tenggara.
1. Budaya Bacson Hoa Binh
Kebudayaan Bacson Hoa Binh terletak di Vietnam bagian utara yang berlangsung tahun 10.000 SM – 4000 SM. Kebudayaannya berkaitan dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan. Peralatan hidup terbuat dari batu yang dipakai untuk aktivitas berburu dan mengumpulkan makanan. Ciri kebudayaan Bacson Hoa Binh dikaitkan dengan tempat pembuatan peralatan hidup dari batu dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
a. Budaya Hoa Binh
Kebudayaan Hoa Binh memiliki karakter mesolithikum dan ciri-ciri neolithikum. Budaya Hoa Binh berkembang di wilayah Tonkin yaitu daerah Hoa Binh dan daerah Annam (Tanh Hoa dan Quang- Binh).
Budaya Bacson Hoa Binh merupakan kebudayaan yang berkembang di wilayah Asia Tenggara yang berpusat di daerah Bacson dan Hoa Binh. Kebudayaan yang menjadi ciri khusus adalah kebudayaan batu tengah atau mesolithikum. Kapak yang dikerjakan secara kasar ditemukan disamping kapak yang sudah diasah tajamnya. Oleh R. Soekmono kapak ini disebut dengan proto neolithikum.
Budaya Hoa Binh diperkirakan dibawa oleh bangsa Melanesoid, berkulit hitam, namun berbeda dengan orang Afrika. Kedatangan mereka dibedakan atasa dua gelombang. Gelombang pertama terdiri atas orang yang berbadan pendek, kulitnya sangat hitam. Mereka mengajarkan teknik monofasial kepada orang Austroloid yang membaur dengannya. Hasil budayanya berupa pebble (Kapak Sumatra). Sedangkan gelombang kedua terdiri atas orang berperawakan lebih tinggi, kulitnya lebih putih dan rambutnya berombak.
b. Budaya Bacson
Budaya Bacson berasal dari daerah Bacson, Tonkin. Kelompok orang Melanesoid yang menyebar di Indochina dari arah utara ke selatan pada gelombang kedua selanjutnya berasimilasi dengna orang Austroloid. Mereka mengembangkan budaya kapak pendek dengan memotong sebuah kapak bersisi dua dan mengasah bagian tajamannya.
Berdasarkan penelitian Mme Madeleine Colani, kebudayaan neolith ini disebut kebudayaan Bacson Hoa Binh. Kebudayaan tersebut berada di daerah Tonkin. Tonkin merupakan pusat kebudayaan mesolithikum Asia Tenggara. Daerah Tonkin ditempati bangsa Papua Melanesoid, Eoropaeide, Mongoloid dan Austroloid. Bangsa Papua Melanesoid membawa kebudayaan mesolithikum hingga ke Indonesia. Sedangkan kemampuan mengasah (proto neolithikum) merupakan pengaruh bangsa Mongoloid yang lebih tinggi peradabannya.
Pada saat itu diyakini bahwa Asia Tenggara pada jaman neolithikum merupakan satu kesatu wilayah budaya yaitu budaya neolith dan budaya perunggu. Pendukung kebudayaan ini diperkirakan bangsa-bangsa yang berasal dari daerah sekitar teluk Tonkin dan lembah sungai Mekhong.
Budaya neolith dan perunggu yang berkembang semula merupakan hasil budaya dari rumpun bangsa Melayu yang sejak tahun 2000 SM mulai tersebar di kepulauan selatan. Rumpun Melayu dibedakan atas tiga kelompok besar yaitu Melayu Indonesia, Melayu Melanesia dan Melayu Polynesia. Ketiga kelompok menempati daerah kepulauan di samodra Pasifik, kepulauan selatan hingga Madagaskar.
Sisa-sisa kebudayaan Bacson dan Hoa Binh banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi berfungsi sebagai alat untuk memotong kayu, juga sebagai cangkul untuk mengolah tanah (beliung) dan untuk memahat (tarah). Kapak lonjong berupa kapak yang penampangnya berbentuk lonjong dengan ujungnya yang lancip yang ditempatkan pada tangkai, sedangkan ujung yang lain agak bulat dan diasah.
Penyebaran budaya Bacson Hoa Binh bersamaan dengan perpindahan ras Papua Melanesoid ke Indonesia melalui jalur barat dan timur. Perpindahan jalur barat melalui semenanjung Malaya – Sumatra – Jawa. Sedangkan jalur timur melalui daerah daratan Asia – Formosa – Philipina dan Sulawesi. Dalam perpindahan jalur barat diikuti dengan penyebaran kebudayaan kapak genggam (pebble). Perpindahan jalur timur membawa kebudayaan kapak pendek.
Di Jawa, bukti arkeologis dari peralatan hidup dari kebudayaan Bacson Hoa Binh dapat ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo. Sedangkan di daerah lain meliputi Lhokseumawe dan Medan (Sumatra). Sekitar tahun 600 SM, berlangsung proses perpindahan bentuk peralatan hidup dalam masyarakat Bacson Hoa Binh. Peralatan berupa batu serpih berubah menjadi kapak batu yang berfungsi sebagai alat pemotong.
Dengan demikian, budaya Bacson Hoa Binh yang sampai di Indonesia mewarnai jaman neolithikum. Budaya yang berkembang yaitu budaya pebble dan alat dari tulang yang masuk Indonesia melalui jalan barat. Sedangkan jalan timur merupakan kebudayaan flake.
2. Budaya Dongson
Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara disebut dengan kebudayaan Dongson. Hal ini menurut nama daerah Tonkin. Kebudayaan Dong Son (1500 – 500 SM) terletak di kawasan sungai Ma (Vietnam). Berbagai penelitian berhasil mengungkapkan banyak peralatan hidup yang terkait dengan budaya Yunan dan berbagai tempat di Indonesia. Kebudayaan ini menghasilkan peralatan hidup dari perunggu dan nekara serta alat dari besi dan kubur pada jaman logam. Budaya Dong Son didukung oleh bangsa Austronesia.
Dari Dongson, kebudayaan perunggu menyebar ke Indonesia melalui jalan barat. Kebudayaan Dongson dibawa oleh bangsa Austronesoid. Kebudayaan Dongson telah diselidiki oleh Victor Goloubew yang berpendapat bahwa kebudayaan perunggu berkembang sejak abad pertama sebelum Masehi. Sedangkan menurut von Heine Geldern, kebudayaan Dongson paling muda berasal dari tahun 300 SM. Hal ini diperkuat dengan penelitian hiasan nekara Dongson yang tidak sama dengan hiasan Tiongkok dari dinasti Han.
Makin berkembangnya kehidupan sosial masyarakat (khususnya Indonesia), maka mendorong makin berkembangnya kemampuan untuk membuat peralatan hidup. Hal ini nampak dari pengolahan logam, khususnya perunggu dan besi. Kemampuan membuat alat dari logam menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki tingkat teknologi yang cukup tinggi. Dalam masyarakat perundagian, telah terjadi pembagian kerja yang baik, dengan kata lain menunjukkan ciri masyarakat yang teratur. Teknik pembuatan alat dari perunggu dilakukan dengan dua cara yaitu bivalve dan a cire perdue.
Berdasarkan temuan arkeologis, manusia pada sejarah awal di Indonesia hanya mengenal alat dari perunggu dan besi. Perhiasan yang digunakan selain dari bahan perunggu, juga telah dikenal bahan emas. Sisa kebudayaan perunggu dari Dongson banyak berupa bejana perunggu, nekara, kapak perunggu, arca perunggu dan perhiasan. Adapun peralatan hidup dari bahan besi meliputi : mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul dan tongkat.
Penemuan peralatan hidup dari perunggu di Indonesia, memiliki ciri khas bercorak Dongson. Dengan demikian tidak ada pengaruh dari budaya logam daerah India maupun Cina. Budaya perunggu di Indonesia memiliki corak, ragam hias dan bahan yang sama dengan budaya Dongson. Hal ini dapat dilihat pada nekara yang ditemukan di Sangean (Sumba) dan pulau Selayar (Sulawesi). Nekara di pulau Selayar terdapat gambar gajah dan burung merak.
Pesatnya perkembangan teknologi perunggu di Indonesia, diikuti dengan timbulnya pusat pembuatan peralatan dari logam. Hal ini didukung bukti penemuan alat pencetakan benda perunggu dengan pola dan ragam hias yang tidak ada dalam gaya klasik Dongson. Tempat tersebut meliputi daerah Jawa, Bali dan Madura.
3. Budaya Sa Huynh
Pada masa perundagian, bahan dari logam cukup dominan. Namun demikian tidak berarti meninggalkan peralatan dari bahan tanah. Pembuatan gerabah mengalami perkembangan untuk keperluan sehari-hari, upacara ritual dan penguburan. Gerabah untuk keperluan sehari-hari berfungsi sebagai tempat air dan makanan. Sebagai peralatan upacara digunakan untuk tempat sesajen. Sedangkan untuk penguburan, gerabah/ tembikar digunakan sebagai bekal kubur.
Pembuatan gerabah tidak dapat dilepaskan dari budaya Sa Huynh. Budaya Sa Huynh berada di Vietnam bagian selatan. Kebudayaan Sa Huynh dapat dikatakan hampir sama dengan kebudayaan Dongson. Peralatan hidup yang ditemukan berupa bejana kecil, gelang dan perhiasan. Budaya ini didukung oleh masyarakat yang berbahasa Austronesia yang diperkirakan berasal dari daerah di kepulauan Indonesia. Pendukung budaya tersebut dapat berasal dari daerah semenanjung Malaya atau Kalimantan.
Kebudayaan Sa Huynh memiliki ciri khas berupa penemuan kubur tempayan, yaitu jenasah dimasukkan dalam tempayan besar. Hal ini berarti bahwa tempayan atau gerabah digunakan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, namun juga sebagai kubur. Gerabah yang ditemukan memiliki pola hias garis dan bidang- bidang yang diisi dengan tema tepian karang. Ternyata ciri ini juga dijumpai pada peninggalan gerabah di daerah Sulawesi.
Kebudayaan Bacson Hoa Binh terletak di Vietnam bagian utara yang berlangsung tahun 10.000 SM – 4000 SM. Kebudayaannya berkaitan dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan. Peralatan hidup terbuat dari batu yang dipakai untuk aktivitas berburu dan mengumpulkan makanan. Ciri kebudayaan Bacson Hoa Binh dikaitkan dengan tempat pembuatan peralatan hidup dari batu dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
a. Budaya Hoa Binh
Kebudayaan Hoa Binh memiliki karakter mesolithikum dan ciri-ciri neolithikum. Budaya Hoa Binh berkembang di wilayah Tonkin yaitu daerah Hoa Binh dan daerah Annam (Tanh Hoa dan Quang- Binh).
Budaya Bacson Hoa Binh merupakan kebudayaan yang berkembang di wilayah Asia Tenggara yang berpusat di daerah Bacson dan Hoa Binh. Kebudayaan yang menjadi ciri khusus adalah kebudayaan batu tengah atau mesolithikum. Kapak yang dikerjakan secara kasar ditemukan disamping kapak yang sudah diasah tajamnya. Oleh R. Soekmono kapak ini disebut dengan proto neolithikum.
Budaya Hoa Binh diperkirakan dibawa oleh bangsa Melanesoid, berkulit hitam, namun berbeda dengan orang Afrika. Kedatangan mereka dibedakan atasa dua gelombang. Gelombang pertama terdiri atas orang yang berbadan pendek, kulitnya sangat hitam. Mereka mengajarkan teknik monofasial kepada orang Austroloid yang membaur dengannya. Hasil budayanya berupa pebble (Kapak Sumatra). Sedangkan gelombang kedua terdiri atas orang berperawakan lebih tinggi, kulitnya lebih putih dan rambutnya berombak.
b. Budaya Bacson
Budaya Bacson berasal dari daerah Bacson, Tonkin. Kelompok orang Melanesoid yang menyebar di Indochina dari arah utara ke selatan pada gelombang kedua selanjutnya berasimilasi dengna orang Austroloid. Mereka mengembangkan budaya kapak pendek dengan memotong sebuah kapak bersisi dua dan mengasah bagian tajamannya.
Berdasarkan penelitian Mme Madeleine Colani, kebudayaan neolith ini disebut kebudayaan Bacson Hoa Binh. Kebudayaan tersebut berada di daerah Tonkin. Tonkin merupakan pusat kebudayaan mesolithikum Asia Tenggara. Daerah Tonkin ditempati bangsa Papua Melanesoid, Eoropaeide, Mongoloid dan Austroloid. Bangsa Papua Melanesoid membawa kebudayaan mesolithikum hingga ke Indonesia. Sedangkan kemampuan mengasah (proto neolithikum) merupakan pengaruh bangsa Mongoloid yang lebih tinggi peradabannya.
Pada saat itu diyakini bahwa Asia Tenggara pada jaman neolithikum merupakan satu kesatu wilayah budaya yaitu budaya neolith dan budaya perunggu. Pendukung kebudayaan ini diperkirakan bangsa-bangsa yang berasal dari daerah sekitar teluk Tonkin dan lembah sungai Mekhong.
Budaya neolith dan perunggu yang berkembang semula merupakan hasil budaya dari rumpun bangsa Melayu yang sejak tahun 2000 SM mulai tersebar di kepulauan selatan. Rumpun Melayu dibedakan atas tiga kelompok besar yaitu Melayu Indonesia, Melayu Melanesia dan Melayu Polynesia. Ketiga kelompok menempati daerah kepulauan di samodra Pasifik, kepulauan selatan hingga Madagaskar.
Sisa-sisa kebudayaan Bacson dan Hoa Binh banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi berfungsi sebagai alat untuk memotong kayu, juga sebagai cangkul untuk mengolah tanah (beliung) dan untuk memahat (tarah). Kapak lonjong berupa kapak yang penampangnya berbentuk lonjong dengan ujungnya yang lancip yang ditempatkan pada tangkai, sedangkan ujung yang lain agak bulat dan diasah.
Penyebaran budaya Bacson Hoa Binh bersamaan dengan perpindahan ras Papua Melanesoid ke Indonesia melalui jalur barat dan timur. Perpindahan jalur barat melalui semenanjung Malaya – Sumatra – Jawa. Sedangkan jalur timur melalui daerah daratan Asia – Formosa – Philipina dan Sulawesi. Dalam perpindahan jalur barat diikuti dengan penyebaran kebudayaan kapak genggam (pebble). Perpindahan jalur timur membawa kebudayaan kapak pendek.
Di Jawa, bukti arkeologis dari peralatan hidup dari kebudayaan Bacson Hoa Binh dapat ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo. Sedangkan di daerah lain meliputi Lhokseumawe dan Medan (Sumatra). Sekitar tahun 600 SM, berlangsung proses perpindahan bentuk peralatan hidup dalam masyarakat Bacson Hoa Binh. Peralatan berupa batu serpih berubah menjadi kapak batu yang berfungsi sebagai alat pemotong.
Dengan demikian, budaya Bacson Hoa Binh yang sampai di Indonesia mewarnai jaman neolithikum. Budaya yang berkembang yaitu budaya pebble dan alat dari tulang yang masuk Indonesia melalui jalan barat. Sedangkan jalan timur merupakan kebudayaan flake.
2. Budaya Dongson
Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara disebut dengan kebudayaan Dongson. Hal ini menurut nama daerah Tonkin. Kebudayaan Dong Son (1500 – 500 SM) terletak di kawasan sungai Ma (Vietnam). Berbagai penelitian berhasil mengungkapkan banyak peralatan hidup yang terkait dengan budaya Yunan dan berbagai tempat di Indonesia. Kebudayaan ini menghasilkan peralatan hidup dari perunggu dan nekara serta alat dari besi dan kubur pada jaman logam. Budaya Dong Son didukung oleh bangsa Austronesia.
Dari Dongson, kebudayaan perunggu menyebar ke Indonesia melalui jalan barat. Kebudayaan Dongson dibawa oleh bangsa Austronesoid. Kebudayaan Dongson telah diselidiki oleh Victor Goloubew yang berpendapat bahwa kebudayaan perunggu berkembang sejak abad pertama sebelum Masehi. Sedangkan menurut von Heine Geldern, kebudayaan Dongson paling muda berasal dari tahun 300 SM. Hal ini diperkuat dengan penelitian hiasan nekara Dongson yang tidak sama dengan hiasan Tiongkok dari dinasti Han.
Makin berkembangnya kehidupan sosial masyarakat (khususnya Indonesia), maka mendorong makin berkembangnya kemampuan untuk membuat peralatan hidup. Hal ini nampak dari pengolahan logam, khususnya perunggu dan besi. Kemampuan membuat alat dari logam menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki tingkat teknologi yang cukup tinggi. Dalam masyarakat perundagian, telah terjadi pembagian kerja yang baik, dengan kata lain menunjukkan ciri masyarakat yang teratur. Teknik pembuatan alat dari perunggu dilakukan dengan dua cara yaitu bivalve dan a cire perdue.
Berdasarkan temuan arkeologis, manusia pada sejarah awal di Indonesia hanya mengenal alat dari perunggu dan besi. Perhiasan yang digunakan selain dari bahan perunggu, juga telah dikenal bahan emas. Sisa kebudayaan perunggu dari Dongson banyak berupa bejana perunggu, nekara, kapak perunggu, arca perunggu dan perhiasan. Adapun peralatan hidup dari bahan besi meliputi : mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul dan tongkat.
Penemuan peralatan hidup dari perunggu di Indonesia, memiliki ciri khas bercorak Dongson. Dengan demikian tidak ada pengaruh dari budaya logam daerah India maupun Cina. Budaya perunggu di Indonesia memiliki corak, ragam hias dan bahan yang sama dengan budaya Dongson. Hal ini dapat dilihat pada nekara yang ditemukan di Sangean (Sumba) dan pulau Selayar (Sulawesi). Nekara di pulau Selayar terdapat gambar gajah dan burung merak.
Pesatnya perkembangan teknologi perunggu di Indonesia, diikuti dengan timbulnya pusat pembuatan peralatan dari logam. Hal ini didukung bukti penemuan alat pencetakan benda perunggu dengan pola dan ragam hias yang tidak ada dalam gaya klasik Dongson. Tempat tersebut meliputi daerah Jawa, Bali dan Madura.
3. Budaya Sa Huynh
Pada masa perundagian, bahan dari logam cukup dominan. Namun demikian tidak berarti meninggalkan peralatan dari bahan tanah. Pembuatan gerabah mengalami perkembangan untuk keperluan sehari-hari, upacara ritual dan penguburan. Gerabah untuk keperluan sehari-hari berfungsi sebagai tempat air dan makanan. Sebagai peralatan upacara digunakan untuk tempat sesajen. Sedangkan untuk penguburan, gerabah/ tembikar digunakan sebagai bekal kubur.
Pembuatan gerabah tidak dapat dilepaskan dari budaya Sa Huynh. Budaya Sa Huynh berada di Vietnam bagian selatan. Kebudayaan Sa Huynh dapat dikatakan hampir sama dengan kebudayaan Dongson. Peralatan hidup yang ditemukan berupa bejana kecil, gelang dan perhiasan. Budaya ini didukung oleh masyarakat yang berbahasa Austronesia yang diperkirakan berasal dari daerah di kepulauan Indonesia. Pendukung budaya tersebut dapat berasal dari daerah semenanjung Malaya atau Kalimantan.
Kebudayaan Sa Huynh memiliki ciri khas berupa penemuan kubur tempayan, yaitu jenasah dimasukkan dalam tempayan besar. Hal ini berarti bahwa tempayan atau gerabah digunakan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, namun juga sebagai kubur. Gerabah yang ditemukan memiliki pola hias garis dan bidang- bidang yang diisi dengan tema tepian karang. Ternyata ciri ini juga dijumpai pada peninggalan gerabah di daerah Sulawesi.
Asal Usul Bangsa Indonesia_Sebuah Analisis
Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh sejarawan Belanda, Von Heine Geldern, diterangkan bahwa sejak tahun 2000 SM yang bersamaan dengan zaman Neolithikum sampai dengan tahun 500 SM yang bersamaan dengan jaman Perunggu mengalirlah gelombang perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau sebelah Selatan daratan Asia.
Pulau-pulau di sebelah Selatan Asia disebut Austronesia( Austro artinya selatan, nesos artinya pulau). Bangsa Austronesia mendiami wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pu;au yang membentang dari Madagaskar ( sebelah Barat ) sampai ke pulau Paskah ( Sebelah Timur ) dan Taiwan sebelah Utara sampai Selanadia Baru sebelah Selatan.
Pendapat Von Heine Geldern ini diperkuat dengan penemuan peralatan manusia purba berupa beliung batu yang berbentuk persegi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian barat. Beliung seperti ini di Asia banyak ditemukan di Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Kampucha terutama di wilayah Yunan.
Perpindahan penduduk gelobang ke dua terjadi pada tahun 400 – 300 SM bersamaan dengan zaman Perunggu. Perpindahan ini membawa kebudayaan Perunggu seperti kapak sepatu, dan nekara atau gendering yang berasal dari daerah Dong Son. Oleh karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga kebudayaan Dong Son.
Pendukung budaya Dong Son adalah orang-orang Austronesia yang tinggal di pulau-pulau antara benua Asia dan Australia . Kedatangan bangsa Austronesia yang berasal dari Yunan ke Indonesia terjadi pada sekitar tahun 2000 SM pula. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Pendapat demikian jug pernah dikemukakan oleh Dr. H. Kern pad tahun 1899 melalui penelitian berbagai bahasa daerah ( ada 113 bahasa daerah )di Indonesia. Simpulannya bahwa bahasa daerah tersebut dahulunya berasal dari satu rumpun bahasa yang disebut bahasa Austronesia
Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan disekitar hulu sungaiSalwen dan sungai Mekhong yang tanahnya sangat subur diperkirakan karena bencana alam atau serangan dari suku bangsa lain.
Alat transfortasi yang digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia adalah Perahu Bercadik . Mereka berlayar secara berkelompok tanpa mengenal rasa takut dan menempati berbagai pulau dan sqalah asatu tempat yang merek pilih adalah nusantara. Hal ini menunjukan bahw nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut-pelaut yang ulung yang mempunyai jiwakelautan yang mendalam. Nenek moyang bamngsa Indonesia mempunyai kebudayaan kelautan yaitu sebagai penemu model asli perahu bercadik yang merupakan cirri khas kapal bangsa Indonesia.
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan kemudian menetap disebut bangsa Melayu Indonesia . Mereka inilah yang menjadi nenek langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu itu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa
1. Bangsa Melayu Tua ( Proto Melayu )
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kali datang ke nusantara pada sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Melayu Tua memasuki wuilayah nusantara melalui du jalur, yaitu:
a. Jalur Barat melalui malaysia –Sumatera
b. Jalur Utara atau Timur melalui Fhilipina – Sulawesi.
Bangsa Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari pada manusia purba.Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut kebudayaan batu baru atau neolithikum. Meskipun hampir semua peralatan merek terbuat dari batu. Pembuatannya sudah dihaluskan. Hasil budaya zaman ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Barat ( Sumatera, jawa, Kalimantan,dan Bali ). Menurut penelitian Van Heekertn di Kalumpang ( Sulawesi Utara ) telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa oleh orang-orang Austranesia yang dating dari arah utara atau melalui Fhilipina dan Sulawesi.Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja
2. Bangsa Melayu Muda ( Deutero Melayu )
Pada kurun waktu tahun 400-300 SM adalah gelombang ke dua nenek moyang bangsa Indonesia dating ke nusantara. Bangsa melayu muda ( Deutero Melayu ) berhasil mendesak dan berasimilsasi dengan pendahulunya, bangsa proto melayu. Bangsa deuteron Melayu memasuki wilayah nusantara melalui jalur Barat mereka menempuh rute dari Yunan ( Teluk Tonkin ), Vietnam, semenanjung Malaysia, dan akhirnya sampai di Nusantara.Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak serpatu, dan nekara.
Selain kebudayaan logam, bangsa Deutro Melayu juga mengembangkan kebudayaan megalithikum,, misalnya menhir / tugu batu,dolmen / meja batu,sarkopagus/ keranda mayat, kubur batu, dan punden berundak
Suku bangsa Indonesia yang termasuk ketuirunan bangsa Melayu muda adalah suku Jawa dan Melayu dan Bugis.
Langganan:
Postingan (Atom)